Analisis Kadar Abu pada Salak Merah (Salacca edulis) di Desa Riring dan Desa Buria Kecamatan Taniwel Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku
Latar Belakang Penelitian
Buah salak merah (Salacca edulis) merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia, dengan kandungan gizi tinggi seperti karbohidrat, vitamin, dan mineral. Penelitian ini berfokus pada analisis kadar abu, yang mencerminkan total mineral dalam bahan pangan. Mineral ini penting untuk fungsi tubuh seperti metabolisme, aktivitas enzim, dan kesehatan tulang.
Kadar abu dianalisis untuk mengetahui perbedaan kandungan mineral pada salak merah dari dua lokasi dengan ketinggian berbeda:
- Desa Buria: 308 mdpl (dataran rendah).
- Desa Riring: 660 mdpl (dataran tinggi).
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pengabuan kering. Prosesnya melibatkan:
- Pengeringan sampel salak dalam oven (105°C selama 24 jam).
- Pembakaran sampel dalam tungku (550°C selama 4 jam).
- Penimbangan residu abu untuk menghitung kadar abu menggunakan rumus:
Faktor lingkungan seperti pH tanah, kelembaban, suhu udara, dan intensitas cahaya juga diukur.
Hasil Penelitian
-
Kadar Abu
- Desa Buria (dataran rendah): 1,79535%.
- Desa Riring (dataran tinggi): 2,4744%.
Salak merah di dataran tinggi memiliki kadar abu lebih tinggi, menunjukkan kandungan mineral yang lebih besar.
-
Faktor Lingkungan
- Desa Buria: suhu lebih tinggi (23°C), intensitas cahaya lebih besar (2000 cd), kelembaban lebih rendah (50%).
- Desa Riring: suhu lebih rendah (19°C), intensitas cahaya lebih kecil (1000 cd), kelembaban lebih tinggi (80%).
Kondisi di dataran tinggi mendukung proses metabolisme tanaman seperti sintesis metabolit sekunder (vitamin dan mineral), sehingga meningkatkan kadar mineral dalam salak.
Pembahasan
-
Perbedaan Kadar Abu:
Tingginya kadar abu di Desa Riring disebabkan oleh pengaruh kelembaban yang lebih tinggi dan suhu lebih rendah, yang mendukung proses fotosintesis dan penyerapan nutrisi dari tanah. -
Pentingnya Mineral:
Mineral yang terkandung dalam salak merah, seperti kalsium dan fosfor, sangat penting untuk kesehatan tubuh, termasuk tulang dan aktivitas enzim. -
Faktor Ketinggian:
Ketinggian tempat memengaruhi suhu, kelembaban, dan cahaya. Faktor ini secara langsung memengaruhi metabolisme tanaman dan kandungan nutrisinya.
Kesimpulan
- Terdapat perbedaan signifikan kadar abu salak merah antara Desa Buria (1,79535%) dan Desa Riring (2,4744%).
- Perbedaan ini dipengaruhi oleh ketinggian tempat, yang berdampak pada faktor lingkungan seperti kelembaban dan suhu udara.
- Penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi lingkungan memainkan peran penting dalam menentukan kandungan mineral pada salak merah.
Komentar
Posting Komentar